Perkakas dari Kayu Saat Ini Terasa Sangat Rapuh

Untuk artikel ini saya hanya mengamati untuk wilayah pulau Jawa saja, karena memang saya tinggal di sana. Sedangkan untuk wilayah lain yang memiliki sumber daya kayu melimpah seperti Kalimantan dan Sumatra, saya tidak berani beragumen, karena memang saya tidak tahu persis kondisinya seperti apa.

Dari tahun ke tahun saya merasakan bahwa kondisi peralatan rumah tangga yang menggunakan bahan baku kayu terasa lebih rapuh dari peralatan yang berasal dari tahun yang lebih lama. Peralatan ini misalnya saja seperti meja, kursi, lemari, tempat tidur bahkan juga untuk peralatan yang leibih kecil seperti sendok kayu kondisinya juga sama.

Sepertinya untuh daerah pulau Jawa, saat ini sudah semakin sulit untuk mendapatkan kayu dengan kualitas bagus, dan kalaupun ada maka harganya bisa sangat mahal, sehingga sangat tidak ekonomis untuk dijual, dan biasanya akan dirubah menjadi peralatan dengan nilai ekonomi tinggi juga. Misalnya saja seperti ukiran, baik itu kursi ukir, pajangan dinding, ataupun patung ukir bernilai tinggi.

Kayu yang kualitasnya sangat bagus di pulau Jawa berasal dari jenis kayu Jati, tetapi kayu jati saat ini sebagian besar adalah kayu yang usianya muda, sedangkan kayu yang usianya sudah tua semakin langka. Sebenarnya masih ada jenis kayu lain yang kualitasnya cukup baik di masa lalu, tetapi untuk saat ini kondisinya kurang lebih sama saja seperti kayu jati yang sudah saya ceritakan di atas, yaitu kebanyakan usianya muda, dan kualitasnya rendah.

Bahkan untuk kusen pintu dan jendela mulai banyak orang yang menggunakan bahan lain misalnya saja cor beton ataupun alumunium. Bahkan untuk daun jendela juga sudah banyak orang yang menggunakan bahan alumunium juga, meskipun untuk pintu rumah masih banyak orang yang menggunakan kayu tetapi beberapa pintu lain seperti kamar mandi sudah mulai banyak yang menggunakan bahan PVC, untuk kamar tidur saya menjumpai beberapa rumah mulai menggunakan pintu kaca.

Untuk atap rumah yang menggunakan material kayu, beberapa kali saya melihat rumah yang mengalami ambruk. Sepertinya penggunaan material kayu yang kurang berkualitas telah memakan korban, meskipun bukan korban jiwa, tetapi tetap saja untuk membetulkan atap memerlukan biaya yang mahal.

Selain kayu saya melihat bahwa kualitas bambu sebagai bahan pengganti kayu (substitusi) juga semakin buruk saja, bahkan jumlah bambu yang tersedia di pasaran juga semakin langka saja. Akibatnya, saat ini kami harus membeli bambu jelek dengan harga yang lumayan mahal.

Tinggalkan Balasan