Usaha Penggergajian Kayu Skala Kecil di Tengah Pandemi

Jika ada yang mengatakan bahwa kesusahan akibat pandemi Covid-19 telah membuat orang menjadi semakin kreatif, saya menjadi setuju dengan pendapat seperti itu. Boleh dibilang bahwa pandemi ini telah memukul banyak usaha, banyak sektor kehidupan jadi terdampak. Tetapi dengan adanya masalah ini, telah membuat banyak orang menjadi lebih kreatif, dan lebih jeli dalam melihat peluang yang ada di sekitarnya.

Pada artikel kali ini, saya akan bercerita tentang tetangga saya yang memulai usaha penggergajian kayu. Jadi, memang pada dasarnya jumlah kayu sengon yang ada di sekitar rumah saya memang cukup banyak. Apalagi setelah harga gula dan tebu petani yang cukup rendah, maka hal ini membuat banyak petani tebu yang mengganti tanamannya menjadi sengon, bahkan banyak bantaran sungai yang sebelumnya ditanami bambu, saat ini juga sudah mulai dirubah menjadi tanaman sengon semua.

Tetapi sebelumnya, memang banyak pohon sengon glondongan yang dijual ke luar daerah, hal ini dikarenakan belum ada tempat penggergajian kayu di sekitar tempat tinggal saya. Melihat peluang tersebut, tetangga saya yang sebelumnya mengalami pengurangan jam kerja, akibat pandemi ini. Mulai melihat bahwa penggergajian kayu adalah usaha yang cukup menjanjikan, lagipula jika dipikir lagi, bahwa masih belum ada saingan untuk usaha ini di sekitar tempat tinggal kami, jadi ini adalah usaha yang layak untuk dicoba.

Untuk tahap pertama, dia memotong pohon sengon miliknya sendiri untuk disimpan sebentar di lahan miliknya, Jadi, memang sebelumnya dia sudah memiliki pohon kebun sengon sendiri, meskipun tidak terlalu luas. Lalu sambil dia juga mencari pohon sengon siap tebang milik tetangga sekitar, dia mulai membujuk agar mau menjual pohon tersebut kepada dirinya. Proses negosiasi ini memang berjalan cukup lancar, apalagi dengan koneksi sebagai tetangga lama, pastinya semakin mempermudah proses pembeliannya.

Setelah bahan baku kayu glondongannya cukup banyak, tetangga saya ini mulai mendatangkan mobil pemotongan kayu, biasanya mobil jenis ini banyak disewa warga desa kami untuk memotong-motong kayu miliknya, sebelum digunakan sebagai bahan baku rumahnya. Tetapi memang belum ada orang yang menggunakan mobil ini untuk digunakan sebagai lahan usaha tetap seperti ini.

Kalau dipikir-pikir, bahwa banyak toko bangunan ataupun perorangan, harus mengambil kayu sengon dari tempat lain, yang kemungkinan bahan bakunya berasal dari daerah kami sendiri. Jadi, memang untuk pemasarannya sudah cukup banyak tersedia.

Lalu setelah semuanya siap, maka usaha pemotongan kayu ini sudah dimulai, dan sampai saat ini usaha ini sudah mulai berjalan beberapa minggu, sepertinya usaha ini memang sedikit tersendat-sendat, entah dari bahan baku kayu yang mulai menipis, atau jumlah kayu potongannya yang semakin banyak, sehingga semakin memenuhi lahan penggergajiannya. Tetapi secara keseluruhan sepertinya usaha ini sudah cukup membuka peluang usaha, di tengah masa sulit seperti sekarang ini.

Memang untuk biaya sewa mobil pemotong kayu, upah pekerja, harga bahan baku kayu, harga jual kayu yang sudah jadi, saya belum banyak bertanya tentang itu semua, tetapi setidaknya usaha-usaha seperti ini dapat memutar roda perekonomian bagi banyak orang.

Lagi pula yang menarik di sini, yaitu pohon sengon yang tidak memerlukan ijin khusus seperti pohon jati, jadi lebih memudahkan bagi usaha kecil. Usaha ini layak untuk diamati kelanjutannya.

Tinggalkan Balasan