Perbandingan Berat Penutup Atap dengan Harga Kerangkanya

Saat ini ada begitu banyak bahan, dan juga meterial yang dapat digunakan sebagai penutup atap, sebagai genting rumah anda. Untuk material penutup atap yang masih banyak digunakan oleh masyarakat di sekitar rumah saya adalah genting yang berasal dari tanah liat. Selain genting yang berasal dari tanah liat, genting dari beton juga cukup banyak digunakan.

Untuk bangunan tambahan yang menempel pada dinding rumah, biasanya masyarakat di sekitar rumah saya akan menggunakan atap seng gelombang atau asbes gelombang. Pada beberapa tahun terakhir ini saya juga melihat bahwa atap dari baja ringan juga semakin diminati oleh masyarakat di sekitar rumah saya, ada banyak merk dagang untuk produk baja ringan ini

Misalnya saja, produk dari zicalum, galvalum, ataupun spandeks, sepertinya merk dagang dari produk baja ringan ini tidak terlalu diperhatikan, karena masyarakat di sekitar rumah saya masih menganggap bahwa semua produk baja ringan ini sama saja kualitasnya (maklum saja karena kebanyakan adalah masyarakat awam, yang tidak terlalu mengerti tengang bangunan).

Dari sekian banyak material untuk membuat penutup atap tersebut, salah satu yang dapat dijadikan sebagai tolok ukur dalam menentukan kerangka atap yang akan digunakan adalah berat dari bahan atap itu sendiri. Jadi, intinya semakin berat bahan atap yang akan kita gunakan, maka kerangka atapnya juga harus semakin kuat.

Hal ini secara kasat mata saja, sudah terlihat bahwa untuk dapat menahan suatu benda yang berat, maka diperlukan penopang yang juga kuat. Demikian juga sebaliknya, bahwa jika kita menggunakan bahan atap yang ringan, maka kita juga bisa menggunakan konstruksi atap yang tidak terlalu kuat juga.

Setahu saya sampai saat ini, bahwa penutup atap atau genting yang paling berat adalah genting yang menggunakan bahan material dari beton. Untuk genting yang berasal dari bahan beton, di sekitar rumah saya biasanya genting ini memiliki berat 3,5 – 4 Kg/buah. Bisa dibayangkan berapa berat genting ini jika sudah dipasang pada areal yang luas sebagai penutup atap.

Dan untuk genting yang paling ringan, di daerah sekitar rumah saya yang saya tahu, adalah genting yang menggunakan bahan material baja ringan, seng gelombang, atau asbes gelombang.

Jika anda menggunakan konstruksi kayu sebagai kerangka atap, maka jika jenis atap yang anda gunakan adalah dari beton, maka anda harus menggunakan jenis kayu yang kuat, dan ukuran kayu untuk konstruksi kerangka atapnya tersebut, juga harus menggunakan ukuran lebih besar, dari pada jika kita menggunakan genting dari tanah liat. Ukuran kayu ini harus diperbesar sejak kuda-kuda, usuk dan rengnya.

Jika kerangka atap anda menggunakan bahan dari bahan baja ringan, maka konstruksi untuk kerangka atapnya, tidak perlu dibuat sangat kokoh atau dibuat begitu rapat, seperti saat menggunakan atap genting. Biasanya jika menggunakan penutup atap dari baja ringan, kita hanya perlu memberikan kerangka pada bagian sisi-sisi atapnya saja, atau kerangkanya seukuran dengan luas penutup atap yang digunakan (sebenarnya bisa lebih hemat dari pada menggunakan atap genting)

Jika anda menggunakan kerangka atapnya dari baja ringan, maka ukuran dari baja ringan tersebut tidak akan dapat diperbesar atau diperkecil, hal ini karena ukuran dari baja ringan tersebut sudah standart buatan pabrik. Untuk mensiasati, agar konstruksi kerangka atap baja ringan ini dapat menahan beban yang lebih berat seperti saat harus menahan beban dari genting beton, maka cara yang digunakan adalah dengan memperbanyak jumlah kerangka baja ringan ini.

Jadi, semakin berat beban dari penutup atapnya, maka jarak kuda-kuda baja ringan ini juga akan semakin rapat, dan demikian juga sebaliknya. Demikian juga dengan baja ringan untuk gording, reng dan usuknya, jaraknya akan semakin rapat jika berat dari genting yang harus ditahan semakin berat, dan akan semakin renggang jaraknya jika genting yang harus ditahan ringan.

Tinggalkan Balasan