Perbandingan Semen Gresik dengan Semen Merek lain

Dalam pembangunan sebuah bangunan maka semen adalah pengikat dari semua bahan yang lain. Jadi fungsi semen adalah sangat vital, karena itu pemilihan semen akan sangat menentukan kualitas dari bangunan yang akan kita bangun tersebut.

Dalam artikel kali ini, saya ingin berbagi dengan pembaca sekalian, apa yang terjadi jika pembaca menggunakan semen merk Gresik, dengan semen merk yang lain. Saya tidak akan menyebutkan merk semen lain yang menjadi pembanding, karena tampak tidak etis dan dapat menjadi bomerang bagi saya sendiri. Karena sampai saat ini saya dan beberpa pengembang dan juga pekerja konstruksi yang lain masih beranggapan dan menyakini bahwa semen Gresik masih merupakan semen terbaik yang ada di Indonesia.

Dalam segi kekuatan, kita akan membandingkan kekuatan semen Gresik dengan semen yang lain, maka kita bisa menggunakan pasir yang sama, dan juga batu koral yang sama, lalu dicampur dengan semen dengan takaran yang sama, lalu diaduk dan dicetak dalam bentuk bongkahan. Setalah itu selesai, maka kita bisa melakukan uji tes beton tentang kekuatan bongkahan beton tersebut, selama saya mengikuti beberapa uji tes beton ternyata hasil dari bongkahan beton yang menggunakan semen Gresik memiliki angka kekuatan yang lebih tinggi dari beberapa merk yang lain.

Jadi, jika kita ingin mendapatkan angka kekuatan yang sama dengan semen Gresik, maka kita harus menambah jumlah takaran dari semen merk yang lain tersebut. Bahkan ada sebuah merk, yang jika kita ingin mendapatkan kekuatan yang hampir setara dengan semen Gresik, maka harus ditambahkan sampai setengah takaran, jadi satu takaran untuk semen Gresik kekuatannya sama dengan satu setengah takaran merk semen yang lain tersebut.

Jika kita melihat secara kekuatan bangunan maka dengan menggunakan semen yang lebih murah kita malah akan rugi, karena kita malah harus menambah jumlah takarannya. Kekuatan bangunan tidak akan pernah terlihat secara kasat mata, karena yang menguji kekuatan bangunan adalah waktu dan bencana. Tetapi saya masih berharap jangan sampai yang menguji kekuatan bangunan kita adalah bencana alam, misalkan saja gempa Jogja (2006) dan gempa Padang (2009). Pada saat bencana tersebut terjadi, mungkin saja kita tidak akan pernah punya waktu lagi untuk menyesal karena membangun bangunan kita dengan lemah, karena mungkin saja kita adalah salah satu korban meninggal yang tertimbun bangunan kita sendiri.

Tinggalkan Balasan