Salah satu permasalahan yang sering dihadapi, oleh rumah-rumah yang berada di sekitar saya saat ini, adalah debu yang berasal asap pabrik gula. Jadi, setidaknya selama setengah tahun, yaitu pada saat pabrik gula sedang melakukan proses giling tebu, maka selama itu pula seluruh daerah kami, akan mengalami hujan abu yang berasal dari sisa pembakaran pabrik gula tersebut, untuk jumlahnya sendiri memang tergantung dari arah angin yang membawa debu itu kemana, tetapi secara keseluruhan tetap saja jumlah debunya sangat banyak.
Biasanya selama satu masa giling tersebut, jumlah abu yang dihasilkan bisa mencapai 1 mm di rumah saya, tetapi saya dengar bahwa untuk rumah yang jaraknya lebih dekat ke pabrik gula, maka jumlahnya juga akan lebih banyak, dan biasanya selama masa giling, jarang sekali terjadi hujan di daerah kami, sehingga yang namanya abu pembakaran tersebut akan terus menumpuk di atap dan juga plafond rumah.
Lalu saat terjadi hujan, setelah masa giling tebu tersebut berakhir, maka biasanya abu yang ada di atas atap rumah tersebut tidak akan habis ikut aliran air hujan. Tetapi sebagian dari abu tersebut akan menempel pada atap rumah. Hal ini karena debu tersebut sudah melekat erat pada atap rumah, dan membentuk semacam lapisan tanah.
Setelah hal ini berlangsung selama bertahun-tahun, maka lapisan abu tersebut akan menjadi cukup tebal, sehingga pada saat musim hujan yang ke sekian kalinya, maka kebanyakan atap rumah di sekitar rumah saya akan banyak yang ditumbuhi lumut dan juga tumbuhan paku. Bahkan, untuk atap yang umurnya lebih lama lagi, maka ada juga rumah yang atapnya sampai ditumbuhi pohon keras yang cukup besar ukurannya.
Jadi, jika anda berjalan-jalan di sekitar rumah saya, jangan heran jika anda menemui rumah yang memiliki taman di atas atapnya. Kondisi ini mungkin indah dan juga enak dipandang, karena banyak atap rumah yang menjadi hijau dan asri, karena banyak tanaman di sana.
Tetapi sebenarnya kondisi ini sangat tidak baik, hal ini karena akar dari tanaman ini akan membuat celah pada genting rumah, dan celah ini akan menyebabkan abu pabrik gula tersebut, menjadi sangat mudah masuk pada saat musim giling tiba.
Dan pada saat musim hujan, celah pada genting juga akan menyebabkan air hujan sangat mudah masuk ke dalam rumah, belum lagi biasanya air hujan ini juga akan membawa sampah dan juga lumpur yang mengendap di atas atap selama musim panas sebelumnya.
Masalah lain yang sering muncul pada atap rumah-rumah di sekitar saya adalah, pada saat atap rumah ini ditumbuhi oleh lumut, maka lumut ini juga akan membuat genting rumah menjadi sangat rapuh. Karena akar dari tanaman lumut cukup kuat untuk menusuk genting rumah, dan saat tanaman lumut ini mati, biasanya akar tersebut telah melemahkan genting rumah di sini. Sehingga, banyak genting rumah di sini, setelah ditumbuhi lumut, maka genting-genting tersebut akan menjadi sangat rapuh.
Karena itu biasanya atap rumah di sekitar saya akan dibuat sangat miring, paling tidak sekitar 45°, tetapi karena tidak semua orang di sana adalah orang kaya, maka tetap saja orang yang kurang mampu mereka akan membuat atapnya agak landai, bahkan ada yang membuat atapnya di bawah 30°.
Dengan atap yang landai seperti ini maka sudah dapat dipastikan, bahwa akibatnya akan menjadi seperti gambaran saya di atas. Lagi pula, akan sangat sulit untuk membersihkan atap genting yang sudah terpasang, hal ini karena atap jenis ini harus diturunkan satu-persatu jika ingin dibersihkan dari debu dan lumut diatasnya. Karena itu seperti yang saya tuliskan pada artikel sebelumnya bahwa atap genting tanah liat di daerah rumah saya hanya dapat bertahan setidaknya sekitar 10 tahun, dan setelah itu biasanya kekuatannya akan segera menurun.