Tidak semua orang menginginkan kualitas yang terbaik untuk rumah atau gedung miliknya. Karena biasanya kualitas yang baik, akan sebanding dengan harganya, jadi semakin baik kualitas keramik, maka semakin mahal pula harganya. Karena faktor harga inilah maka sebagian orang lebih memilih untuk menggunakan keramik yang kualitasnya lebih jelek, tujuannya jelas yaitu untuk mendapatkan barang yang harganya lebih murah.
Saya dulu pernah ikut dalam proses pengerjaan sebuah cluster perumahan tipe kecil, yang disubsidi pemerintah. Karena budget yang kecil, maka pada saat itu diusahakan agar material yang dugunakan adalah yang harganya murah, termasuk juga untuk keramiknya. Rata-rata kami menggunakan keramik dengan kualitas KW 3, atau yang setara dengan itu. Bahkan saya dengar jika ada keramik KW 4, yang juga ikut digunakan. Jadi dapat dibayangkan bagaimana kualitas akhirnya.
Ada beberapa cara yang biasa kami gunakan untuk mengakali agar keramik yang kualitasnya rendah tersebut tidak teralalu terlihat mencolok saat dikunjungi pembeli. Karena prinsip yang ditanamkan kepada kami yaitu, rumah tersebut harus terlihat sempurna saat dibeli konsumen, tetapi jika setelah dibeli rumah tersebut rusak atau bahkan ambruk, maka hal tersebut tidak masalah, sehingga faktor pencitraan adalah yang paling utama, dan kualitas adalah yang nomor sekian.
Biasanya agar keramik yang ukurannya cukup berbeda antara satu dan yang lainnya, agar tidak terlalu terlihat mencolok, maka cara yang paling banyak digunakan adalah dengan memperbesar garis nat. Jadi, jika biasanya selisih keramik KW 1 antara yang bagian depan dengan bagian belakang kira-kira 1 cm, maka untuk keramik KW 3 selisihnya bisa sampai 5 cm.
Karena itu untuk mengakali agar selisih keramiknya tidak terlalu terlihat mencolok, maka garis nat yang harus diperbesar. Jadi, pada bagian depan yang sering dilihat orang akan pasang keramik dengan ukuran yang paling besar, dan disambung dengan nat yang paling tipis. Tetapi setelah bergerak ke belakang maka akan dipasang keramik yang lebih kecil ukurannya dengan nat yang lebih tebal.
Biasanya bagian terdepan saat memasangan keramik adalah bagian yang sering dilihat dan dilalui orang, biasanya adalah bagian depan pintu masuk dan jalur sirkulasinya. Lalu yang menjadi bagian belakangnya adalah bagian-bagian yang nantinya tersembunyi, seperti tempat yang nantinya berada di bawah kursi, lemari, meja, tempat tidur, dan jika masih diteruskan, maka biasanya pemasangan keramik ini akan berakhir bagian bawah meja dapur.
Karena itu meskipun pemasangan keramiknya tidak terlalu rapi, tetapi karena lokasinya berada di tempat yang tersembunyi, maka jarang ada konsumen yang komplain.
Biasanya selain memainkan nat, kami juga memasang keramik dengan pola selang-seling, seperti menyusun batu bata. Jika keramik disusun selang-seling seperti batu bata, maka nat yang digunakan bisa sama ketebalannya, karena perbedaan ukuran keramik tidak akan terlihat mencolok. Tetapi memang pemasangan keramik dengan pola ini akan mengurangi keindahan keramik itu sendiri.
Contoh lainnya, saya pernah memasang keramik pada sebuah garasi, karena perbedaan keramiknya rata-rata 1 – 2 cm, maka untuk membuat kesan rapi, kami memasangnya langsung denganan nat yang lebar-lebar, bahkan pada waktu itu jarak antar keramiknya bisa sampai 5 cm. Tetapi setelah jadi, memang tidak terlihat perbedaan ukuran keramiknya, hanya saja hasil akhirnya saya menganggap lantai tersebut terkesan tidak rapi.
Tetapi karena ruangan tersebut adalah garasi yang jarang dilihat orang, maka desain yang tidak terlalu rapi juga tetap dapat diterima dengan baik.
Itu jarak nat 5cm apa 5mm? 1cm aja udah kejauhan
Terima kasih atas koreksinya,
Terima kasih atas koreksinya
Terima kasih atas koreksinya, memang benar bahwa untuk mensiasati perbedaan ukuran keramik yang terlalu besar, maka pemasangan jarak antar keramik yang dibuat lebar-lebar. Semacam cara untuk mensiasatinya, tetapi memang ada cara lain untuk melakukannya, tetapi di sini cara tersebut yang digunakan.