Setelah kita membahas tentang beberapa keunggulan yang bisa kita dapatkan jika kita menggunakan plat lantai sebagai atap bangunan, maka pada artikel ini kita akan membahas tentang kekurangan penggunaan plat lantai sebagai atap rumah.
Yang perlu saya tambahkan di sini, bahwa untuk plat lantai atau dak yang mengalami kebocoran saat hujan, rebes, lembab, hal tersebut tidak akan akan kita bahas lebih dalam, karena saya menganggap bahwa permasalahan teknis tersebut sudah memiliki banyak sekali solusi, tinggal diaplikasikan sesuai selera pemilik bangunan.
Menurut saya permasalahan yang paling utama dari atap dak, terletak pada bentuknya. Bentuk atap dak akan langsung menyalurkan panas matahari ke ruangan yang ada dibawahnya. Hal ini akan membuat suasana pada bagian ruang yang terletak di bawah atap dak menjadi sangat tidak nyaman untuk ditinggali.
Seperti kita tahu bahwa Indonesia adalah daerah tropis, yang sebagaian besar wilayahnya mendapat sinar matahari terik sepanjang hari selama setahun penuh. Jadi, panas matahari adalah masalah kita.
Pada atap miring panas matahari tidak akan langsung disalurkan ke ruangan yang ada di bawahnya, tetapi akan disimpan di ruangan yang terbentuk dari bentuk segitiga atap itu sendiri. Lalu saat ada udara mengalir melewati ruangan di dalam bentuk segitiga tersebut, maka sebagaian udara panas yang tersimpan di situ, akan ikut mengalir keluar bersama angin yang lewat. Karena ada pergantian udara tad, maka suasana yang pada ruangan di bawah atap bisa menjadi lebih dingin. Bahkan jika posisi atap semakin tinggi, maka suhu ruangan yang ada di bawah atap, bisa terasa lebih dingin, hal ini dikarenakan daya tampung panas mataharinya bisa lebih besar lagi, dan waktu pergerakan panas tersebut sampai bisa turun ke dalam ruangan di bawahnya menjadi lebih lama.
Tetapi pada atap dak beton, hal ini tidak bisa dilakukan. Karena setelah sinar matahari mengenai dak tersebut, maka panas akan langsung disalurkan ke ruangan yang ada di bawahnya. Akibatnya ruangan tersebut akan menjadi sangat panas pada siang hari.
Selain itu, saya juga merasa bahwa pada malam hari, ruangan yang berada di bawah plat lantai juga terasa lebih dingin bila dibandingkan dengan ruangan lain yang tidak berada di bawah plat lantai. Sepertinya sekat panas yang saya maksudkan di atas, ternyata plat lantai juga tidak bisa menjadi sekat untuk udara dingin. Bagi saya tinggal di ruangan yang memiliki atap plat lantai sungguh menyiksa (meskipun ini pendapat pribadi saya, yang pastinya orang lain akan memiliki pendapat yang berbeda juga).
Jika ada yang mengatakan bahwa bisa saja kita pasang pendingin ruangan atau AC pada ruangan yang atapnya plat lantai. Menurut saya, pastinya biaya listrik untuk mendinginkan ruangan seperti ini akan sangat mahal, bila dibandingkan dengan ruangan lain yang menggunakan atap segitiga atau ruangan di bawahnya yang tidak bersetuhan langsung dengan atap dak.
Apalagi jika tinggi antara lantai dasar dengan plat lantai terlalu pendek, misalnya tinggi ruangan tersebut sekitar 2,50 cm – 2,75 cm, maka pengalaman tersiksa pasas dan dingin tersebut semakin sengsara saja. Yang saya belum tahu, apakah jika ruangan tersebut dipasang plafond sehingga memiliki ruang antara plafond tersebut bisa menyimpan panas matahari sementara, maka apakah ruangan di bawah dak beton tersebut bisa terasa lebih nyaman?
Sebagai tambahan, bahwa untuk ruangan yang ada di bawah atap beton yang diberi plafond, saya merasa bahwa hal tersebut akan membuat ruangan menjadi lebih rapi dan teratur, karena semua kabel, ataupun pipa-pipa, akan tertutup plafond, sementara itu jika ruangan tersebut tidak memiliki plafond, maka biasanya kita akan bisa melihat kabel, pipa-pipa yang bertebaran di mana-mana.