Saya pernah pergi ke sebuah supermarket yang cukup terkenal, bahkan untuk gerainya sudah banyak tersebar di seluruh Indonesia, saya merasa heran karena barang yang dijual di sana jenisnya tidak terlalu banyak tetapi jumlah item barang yang didisplay sangat banyak sekali, contohnya untuk satu merk popok bayi saja sampai disusun dalam tujuh baris rak dari bawah ke atas dan semua rak tersebut penuh oleh produk tersebut, lalu saya sempat berfikir bahwa apakah pusat perbelanjaan ini tidak punya gudang, sampai semua barang dagangannya langsung di display di rak pajangan.
Saya sempat berpendapat juga saat berada di tempat itu, apakah ada bedanya antara jumlah item produk yang ditawarkan di sini dengan yang ditawarkan oleh minimarket yang ada di dekat rumah. Tampaknya tidak terlalu jauh bedanya. Hanya saja yang membedakan keduanya adalah luas lahan yang digunakan untuk berjualan, dan banyaknya produk dalam satu item barang, untuk selebihnya saya rasa sama saja. Tetapi jika dari segi harga barang mungkin saya tidak dapat membandingkannya, karena saya memang tidak melakukan perbandingan harga. Hal ini karena pusat perbelanjaan itu sangat luas dan susah untuk mencari produk yang ingin saya jadikan pembanding, maka dari itu saya mengurungkan saja niat saya untuk melakukan perbandingan harga.
Setelah saya mencari referensi ternyata pusat perbelanjaan menggunakan metode desain seperti itu, bukan tanpa sebab, tetapi itu adalah trik ataupun cara untuk dapat meningkatkan pendapatan dari penjualan. Pertama dengan luas area penjualan yang besar, maka agar terlihat barang yang dijual itu banyak, cara yang dipakai adalah dengan mendisplay barang sebanyak mungkin, dengan harapan agar pengunjung yang datang menganggap pusat perbelanjaan tersebut adalah tempat yang bonafit dan juga mewah dan megah. Sehingga untuk konsumen kelas menengah ke atas akan lebih suka untuk berbelanja di sana, daripada di minimarket di dekat rumahnya, padahal jika dilihat dari item belanjaannya kemungkinan besar juga mirip ataupun malah juga sama.
Selain itu trik mendisplay barang dengan jumlah yang banyak dengan rak-rak display yang juga banyak maka akan membuat pengunjung seperti berada di rumah labirin, dan jika saya boleh menebak bahwa kemungkinan besar barang-barang yang tidak terlalu penting seperti barang sekunder dan juga tersier akan diletakkan di areal yang mudah untuk ditemukan, tetapi untuk barang kebutuhan pokok/primer akan diletakkan di areal yang cukup sulit dijangkau.
Maksudnya agar pada saat pengunjung mencari barang kebutuhan pokok mereka akan melewati daerah yang menjual kebutuhan sekunder, sehingga akan dapat memunculkan keinginan dari pengunjung untuk membeli produk tersebut juga.
Dengan panjangnya koridor yang dibuat di pusat perbelanjaan tersebut akan membuat pengunjung menjadi jenuh dan lelah saat mengitarinya, dan jika sudah demikian maka akan membuat pikiran pengunjung untuk dapat berbelanja dengan logis akan berkurang, sehingga terkadang pengunjung tersebut akan berbelanja dengan tidak terkontrol, dan kemungkinan baru saat mereka tiba di rumah mereka menyadari bahwa barang yang mereka beli tersebut tidak benar-benar mereka butuhkan.