Bentuk atap miring adalah bentuk atap yang paling banyak digunakan oleh banyak rumah dan bangunan yang ada di Indonesia ini. Hal ini sangat erat kaitannya dengan kondisi iklim di Indonesia, yang merupakan daerah tropis basah, sehingga pada musim penghujan, curah hujan di Indonesia bisa menjadi sangat banyak sekali. Dan untuk membuang air yang berlimpah tersebut dengan segera, maka bentuk atap miring adalah bentuk yang paling sesuai dengan kondisi tersebut.
Jadi, tidaklah mengherankan jika banyak rumah yang ada di Indonesia ini menggunakan bentuk atap miring, entah modelnya perisai, pelana, joglo, Atap Minang, ataupun model rumah adat yang lain. Meskipun modelnya boleh berbeda-beda, tetapi secara bentuk, semua atap ini menggunakan bentuk dasar atap miring. Dan jika anda perhatikan, maka hampir semua rumah adat yang ada di Indonesia ini menggunakan bentuk atap yang kemiringannya curam.
Dengan kemiringan atap yang sangat curam seperti bentuk berbagai rumah adat tersebut, maka keuntungannya adalah air hujan akan segera mengalir dengan cepat, jadi air tidak akan sempat untuk menumpuk atas di atap. Karena air segera mengalir, maka atap juga akan lebih awet dalam pemakaianya.
Hanya perlu diingat, bahwa semakin tinggi kemiringan dari suatu atap, maka biaya untuk bahan dan proses pembangunannya juga akan semakin mahal. Hal ini terkait dengan kebutuhan untuk bahan material kuda-kuda, reng, dan usuknya, akan menjadi semakin banyak. Demikian juga dengan jumlah genting yang digunakan juga akan semakin banyak jika kemiringan atap semakin tinggi.
Selain kebutuhan bahan yang semakin banyak jika kemiringan atap semakin tinggi, maka biaya untuk peengerjaan dan pemasangannya, juga akan semakin mahal. Masalahnya proses pemasangan genting pada atap yang sangat miring, akan jauh lebih sulit, lebih rumit, dan pastinya juga lebih berbahaya, jika dibandingkan dengan bentuk atap yang lebih landai.
Bisanya pada atap yang kemiringannya sangat tinggi, maka selain jumlah material yang harus dipasang sangat banyak, tetapi pijakan orang yang mengerjakannya juga semakin sedikit, belum lagi dengan bentuk atap yang semakin mendekati tegak maka resiko terjatuh dari orang yang mengerjakannya juga akan semakin tinggi. Semakin tinggi bentuk kemiringan atap maka hembusan angin yang menerpa pekerja di bagian atas juga akan semakin menyulitkan, dan semakin berisiko untuk membuat pekerja jatuh.
Karena itulah, maka semakin tinggi bentuk kemiringan sebuah atap, maka harganya juga akan semakin mahal. Hanya saja, saya rasa hal ini wajar jika melihat dengan harga yang mahal tersebut, maka keawetan dari atap rumah juga semakin terjaga.