Beberapa waktu ini saya sangat sering bersinggungan langsung dengan masalah genting, dan hal itu juga termasuk pada genting bekas pakai pada sisa bongkaran atap, selain itu saya juga sering berhubungan dengan genting pecah dan genting cacat produksi.
Perlu saya jelaskan juga bahwa jumlah genting yang rusak, pecah, hancur dan sudah tidak bisa digunakan lagi, terkadang jumlahnya bisa sangat banyak. Karena itu kadang saya merasa sayang saja jika genting-genting ini hanya dibuang begitu saja, atau dijadikan sebagai bahan urug.
Lalu saya berfikir bahwa apakah genting-genting yang sudah tidak bisa digunakan ini, dapat dijadikan sebagai semen merah, seperti halnya pada batu bata merah.
Mungkin bagi anda sekalian yang belum tahu apa itu semen merah. Semen merah adalah bahan bangunan yang berasal dari jaman Belanda, fungsinya mirip seperti semen yang ada pada saat ini, yaitu sebagai perekat dalam dunia konstruksi. Hanya saja semen merah tidak dapat digunakan secara sendirian, dan masih harus dicampur dahulu dengan air kapur / gamping.
Semen merah biasanya didapatkan dengan cara, menggiling batu bata menjadi bentuk serbuk, biasanya bahan bakunya adalah batu bata pecah dari proyek lain yang sudah tidak dapat digunakan kembali. Pada masa lalu, cara untuk mendapatkan semen merah yaitu dengan menumbuk batu bata tersebut dengan menggunakan lumpang dan alu.
Ternyata jawaban dari orang yang sudah pernah mencoba membuat semen merah dari genting, dia mengatakan bahwa genting bila digiling menjadi semen merah, maka tekstur butirannya menjadi sangat halus. Sehingga saat dicampur dengan gamping, butirannya tidak bisa saling merekat, karena itu semen merah jenis ini tidak bisa digunakan untuk merekatkan bahan bangunan.
Sementara untuk gilingan semen merah dari batu bata, memiliki tekstur yang lebih kasar, sehingga saat digunakan butiran-butirannya bisa saling mengikat satu dengan yang lain, maka secara otomatis semen merah dari batu bata akan memiliki daya rekat yang cukup.
Meskipun bahan bahan baku dan proses produksi genting dan batu bata cukup mirip, yaitu dari tanah dan perlu dibakar agar kuat, tetapi sebenarnya ada perbedaan yang cukup mencolok antara keduanya. Perbedaan yang paling utama yaitu untuk genting memang harus dibuat rapat, dan kedap air. Tetapi batu bata tidak memerlukan sifat kedap sama sekali. Sehingga hal ini yang mempengaruhi tekstur dari butiran keduanya.
apakah ada pabrik d jawa yang bisa menerima tepung batu bata dalam Skala besar ?
Saya tidak tahu, karena saya hanya pemain lokal dengan jumlah barang yang diputar cukup sedikit.