Sebenarnya penggunaan batu bata di banyak tempat masih belum dapat tergantikan secara mutlak, hal ini karena dengan munculnya batu bata alternatif seperti bata ringan dan batako, ternyata tidak dapat menggeser batu bata dari hati masyarakat kita.
Karena banyak permintaan itulah maka sekarang banyak muncul pengrajin-pengrajin batu bata baru, sehingga persaingan menjadi tidak sehat dan yang terutama adalah dalam persaingan harga jualnya, sehingga banyak cara yang dilakukan oleh para pengrajin agar dapat membuat harga jual batu batanya menjadi lebih murah daripada pengrajin yang lain. Salah satu praktek yang banyak dilakukan oleh para pengrajin adalah dengan memangkas ongkos produksinya, hal ini agar harga jualnyapun menjadi lebih murah.
Praktek yang banyak dilakukan oleh para pengrajin dewasa ini adalah dengan mencampur adukan tanah yang merupakan bahan baku utama pembuatan batu bata dengan sekam padi, untuk takarannya saya tidak tahu persis, karena sepertinya ini adalah rahasia perusahaan yang harus ditutup rapat-rapat. Tetapi yang jelas adalah dengan menambahkan sekam pada adukan tanah maka sekam dan tanah tersebut akan menjadi satu saat dijemur sampai kering.
Tujuan dari penambahan sekam padi pada adukan tanah tersebut adalah untuk mengurangi masa waktu pembakaran batu bata sampai menjadi matang nantinya. Hal ini dilakukan karena dengan menambahkan sekam di dalam batu bata, maka saat dibakar, sekam yang ada di dalam batu bata tersebut juga akan ikut terbakar, sehingga proses pembakaran akan berlangsung dari luar dan juga dari dalam batu bata, dan karena dibakar dengan cara demikian maka proses pembakaran batu bata ini akan menjadi lebih singkat jika dibandingkan dengan proses pembakaran yang dilakukan dari sisi luar batu bata saja (proses pembakaran biasanya).
Hanya saja yang perlu diwaspadai dengan adanya praktek seperti ini, maka kualitas dari batu bata yang dihasilkan akan lebih jelek, karena akan lebih mudah retak, mudah pecah, bahkan ada yang sangat mudah hancur, hal ini karena dengan mencampur sekam ke dalam batu bata, maka saat batu bata tersebut dibakar, akan ada lubang yang akan ditinggalkan oleh bekas sekam padi, yang nantinya lubang tersebut akan membuat batu bata yang dihasilkan menjadi lebih rapuh. Kadang kala saat lubang-lubang yang ada di dalam batu bata sampai tersambung maka sudah pasti batu bata tersebut akan patah.
Memang dengan tampilan yang warna orange batu bata yang lebih terang, lebih mencolok, dan lebih menarik, saya sempat tergiur untuk menggunakan batu bata jenis ini, tetapi setelah mendengarkan saran dari beberapa tukang yang sudah menggunakan batu bata jenis ini, baru saya mendapat pencerahan dan mengurungkan niat saya tersebut. Menurut mereka batu bata jenis ini jelek kualitasnya, jika digunakan untuk bangunan. Mereka menyarankan untuk menggunakan batu bata yang biasa saja karena lebih kuat, dan lebih tahan lama, meskipun tampilannya tidak begitu menarik.
Sedangkan dari harga jual untuk batu bata yang menggunakan sekam yang dicampur bahan baku tanah liat tersebut, memiliki harga jual yang lebih murah jika dibandingkan dengan batu bata yang biasanya. Untuk perbedaan harganya dapat mencapai 50-100 rupiah dari harga batu bata yang biasa atau yang tidak menggunakan campuran sekam padi. Tetapi saya juga tidak bisa menyalahkan jika ada konsumen yang membeli bata jenis ini karena memang jika dikalikan dengan jumlah batu bata yang akan digunakan, harganya pasti sangat jauh berbeda.