Karena perubahan kondisi iklim, seperti hujan lebat dan juga sinar matahari yang terik, maka kondisi seperti ini akan dapat merusak body kendaraan kita, bahkan jika sampai terjadi kondisi yang ekstrem, maka bukan tidak mungkin cuaca seperti itu juga dapat merusak bagaian dalam kendaraan kita. Hal paling umum yang sering dilakukan oleh banyak orang, yaitu dengan menambahkan atap di atas carport.
Sebenarnya ada banyak sekali bahan yang dapat kita gunakan sebagai penutup carport, karena memang dengan adanya bahan bangunan baru yang dihasilkan oleh pabrik, maka membuat kita memiliki banyak pilihan yang sangat beragam.
Pertama memang kita harus menentukan bahan untuk membuat kolom penahannya dulu, karena biasanya beban yang harus ditahan kanopi hanya berupa atap saja, maka pondasinya mungkin bisa kita abaikan (karena pondasi yang lemahpun sudah cukup untuk menahannya).
Bahan yang bisa dipilih untuk membuat kolom kanopi, misalnya saja kita bisa menggunakan besi padat seperti jenis besi hollow, pipa besi biasa, pipa besi stand list steel, kayu, atau yang mungkin agak murah seperti baja ringan (galvanis, galvalum, zicalum, dan sejenisnya). Karena kualitas kayu saat ini jarang ada yang bagus, maka berdasarkan penuturan dari beberapa kenalan, bahwa kolom kayu akan lebih cepat rusak jika dibandingkan dengan bahan logam anti karat.
Jika harga adalah pertimbangan yang utama, maka seperti biasa yaitu harga yang paling murah maka barang yang anda dapatkan adalah yang paling jelek, demikian juga sebaliknya, semakin mahal biaya yang anda keluarkan, maka akan semakin baik juga kualitasnya.
Sementara untuk penutup atapnya, terdapat cukup banyak bahan yang bisa anda aplikasikan, misalnya saja: seng gelombang, spandek, asbes gelombang, genting baja ringan (galvalum, zicalum, galvanis, dan sejenisnya), genting tanah liat, dan genting beton.
Saya rasa semua bahan untuk penutup carport itu cukup baik jika dilihat dari segi kualitasnya, hanya yang perlu diingat bahwa pemilihan bahan akan ikut menentukan bentuk dari penutup atap tersebut. Misalnya saja jika kita menggunakan atap dari bahan genting (genting tanah liat, genting beton, terutama sekali genting dari baja ringan), pasti diperlukan kemiringan yang cukup curam setidaknya 30º.
Hal ini karena genting memerlukan kemiringan yang cukup untuk dapat mengalirkan air hujan, dan jika kemiringan atapnya tidak cukup maka yang terjadi, yaitu atap tersebut akan sering bocor jika terkena hujan, dan bukan tidak mungkin kerangka untuk menahan atap tersebut akan mengalami bengkok atau patah, karena tidak kuat menahan atap yang ditambahi dengan beban air hujan yang tidak kunjung terbuang.
Selain dengan kemiringan yang cukup, atap dari bahan genting juga memerlukan konstruksi penahan yang lebih banyak, alasannya karena ukuran unit dari setiap genting tersebut memang lebih kecil sehingga untuk menahannya diperlukan jumlah yang lebih banyak dari pada yang ukuran setiap unitnya yang lebih lebar.
Sebagai pertimbangan saja, yaitu saya pernah menggunakan atap genting yang menggunakan baja ringan, ternyata meskipun disebut sebagai baja ringan, tetapi ketebalannya ternyata sangat tipis. Sehingga saat diaplikasikan pada bidang yang landai, atap ini seperti membentuk mangkok, sehingga air hujan banyak yang tergenang pada bidang tersebut, dan pastinya banyak air yang bocor ke bawah, dan tidak ada cara lain untuk memperbaikinya, selain harus menggantinya dengan bahan yang lain, misalnya saja dengan menggunakan spandek atau seng gelombang.
Sementara jika ingin menggaplikasikan penutup atap dengan kemiringan yang landai, maka bahan yang lebih cocok yaitu menggunakan seng, asbes gelombang, atau spandeks. Bahan ini dapat diaplikasikan pada bidang yang memiliki kemiringan landai, karena dengan ukuran luasnya yang cukup (sebetulnya karena ukuran panjangnya yang mencapai dua meter lebih), maka bahan ini lebih mampu dalam menahan air hujan yang datang, terlebih lagi dengan bentuk permukaan bidang yang lebih licin, maka air bisa mengalir dengan lebih cepat jika dibandingkan dengan menggunakan genting.