Beberapa waktu yang lalu, ada tetangga saya yang melakukan panen pohon sengon. Pada saat itu saya berkesempatan untuk mengajukan beberapa pertanyaan seputar pohon sengon, kepada dia.
Kayu pohon sengon milik tetangga saya ini, diameter batangnya cukup besar, dan sebagian lainnya memang cukup kecil, terutama untuk batang yang dekat dengan pucuk daunnya.
Menurut tetangga saya, bahwa batang kayu yang besar akan dikirimkan ke pabrik pengolahan kayu lapis sebagai bahan baku pembuatan kayu lapis. Untuk sebagian besar masyarakat di sekitar rumah saya, biasa menyebut kayu lapis dengan sebutan papan triplek.
Sedangkan batang pohon yang lebih kecil dan batang kayu yang besar tetapi saat dipotong mengalami pecah dan retak, maka kayu tersebut akan dikirim ke pabrik pengolahan block board.
Block Board adalah kayu yang dipotong kecil-kecil, kemudian potongan tersebut akan satukan dengan lem yang dipanaskan, hasil akhirnya akan didapatkan papan-papan utuh. Biasanya hasil akhir kayu ini akan digunakan untuk lemari, meja, meja komputer, dan berbagai furniture lain.
Untuk batang kayu sengon yang lebih kecil, akan dikirim tempat pembakaran batu bata, dan akan dijadikan sebagai kayu bakar. Tetapi biasanya kayu sengon hanya dijadikan sebagai kayu pelengkap saja, dan bukannya sebagai bahan bakar yang utama.
Karena kayu sengon adalah kayu ringan yang lunak, sehingga saat dibakar, maka kayu sengon tidak bisa menghasilkan panas yang tinggi, bahkan setelah dibakar, biasanya kayu sengon juga lebih cepat habis, dan langsung membentuk abu. Sedangkan untuk jenis kayu keras, saat kayu tersebut dibakar maka akan berubah menjadi arang terlebih dahulu.
Biasanya kayu utama, yang digunakan sebagai bahan bakar untuk tungku batu bata adalah kulit pohon jati, beserta dengan ranting-rantingnya. Jika tidak, biasanya juga menggunakan pohon mahoni, atau jenis kayu keras yang banyak dibudidayakan masyarakat, seperti kayu belimbing, rambutan, durian, atau bahkan juga batok kelapa.