Pada saat itu, saya ikut mengerjakan proyek pembangkit listrik di pedalaman hutan di Kabupaten Lebak, Banten. Kondisi lahan yang akan dibangun adalah pegunungan yang curam dengan jurang yang dalam. Lagi pula masih jarang ada manusia yang menjamah tempat proyek kami berada, bahkan penduduk di sekitar proyek juga jarang.
Tanah di lokasi proyek kami sangat lembek, mirip seperti kondisi tanah gambut di Kalimantan, memang tanah seperti ini sangat subur untuk pertanian, tetapi sangat berbahaya jika dijadikan proyek, karena daya dukung tanahnya rendah, belum lagi sangat licin dimusim hujan, dan sangat berdebu saat kemarau.
Hal menyedihkan yang akan saya ceritakan pada artikel ini, yaitu ketika sudah memasuki musim hujan, tempat itu sangat becek sekali, bahkan di beberapa tempat kondisi lumpur bisa mencapai satu meter. Sementara di tempat lain rata-rata ketinggian lumpur 20 cm.
Yang namanya terpelset sepertinya sudah dialami oleh semua orang, bahkan mungkin setiap orang sudah jatuh lebih dari sekalih, baik itu bersama kendaraan, maupun hanya badannya saja.
Suatu ketika, saat hujan deras ada salah seorang pekerja bagian K3, yang ingin memasang tali pembatas di bibir jurang, karena takut jika sampai ada pekerja lain yang jatuh dari tempat itu. Selain hujan deras, kondisi saat itu juga sudah mulai berkabut, dan sudah mendekati malam.
Singkat cerita, pekerja ini ini terpeleset dari bibir jurang itu, dia terjengkang dan jatuh dari tempat itu. Pada waktu itu pekerja lain langsung datang menolong. Yang terjadi pada pekerja itu, dia memang selamat dan tidak sampai meninggal, tetapi dia mengalami turun berok.
Jadi kondisinya, seperti organ dalam yang ada di perut semua turun ke bagian bawah tubuh, dan nampak seperti menggantung. Karena kondisi ini, untuk berjalan saja dia sangat kesulitan.
Pada waktu itu, hanya sebulan sebelum hari pernikahannya. Padahal beberapa waktu sebelumnya, dia sudah banyak bercerita bahwa akan mengambil cuti lama, karena akan menikah. Dari raut wajahnya saat bercerita dia sangat bahagia, tetapi setelah kejadian itu dia langsung berubah tegang dan sangat sedih.
Kami di proyek itu, meskipun kondisi pekerjaan yang sangat berbahaya, tetapi sama sekali tidak memiliki asuransi, bahkan BPJSpun juga tidak ada. Jarak ke Puskesmas terdekat saja masih 5 km, dengan kondisi jalan aspal rusak yang naik turun gunung dan meliuk-liuk.
Teman saya ini sudah beberapa kali dibawa ke Puskesmas tersebut, tetapi karena berada di tempat yang terpencil, maka pengobatannya boleh dibilang sangat buruk. Karena mendapat saran dari warga sekitar, maka teman saya ini mulai menjalani pijat dan terapi tradisional.
Masalahnya waktu sudah sangat mepet dari hari pernikahan, tidak ada bantuan biaya dari kantor, saat itu jika ingin berobat, maka bon dari dokter yang akan diserhakan ke kantor untuk diganti. Tetapi jika pengobatannya sangat mahal di Rumah Sakit, maka proyek sudah mengatakan jika mereka tidak sanggup membiayai. Jadi, teman saya ini segan untuk melakukan operasi di Rumah Sakit besar di kota.