Beberapa waktu ini saya ada di Pulau Sumatra khusunya di provinsi Jambi. Selama saya ada di Kota Jambi ini saya juga bertanya-tanya kepada penduduk sekitar soal kayu yang biasa mereka gunakan sebagai kusen rumah, daun pintu dan jendela. Hal ini karena saya tertarik dengan jenis kayu yang mereka gunakan, karena nampak sangat bagus.
Karena mereka melihat saya cukup antusias dengan kayu rumah yang mereka guanakan tersebut, maka mereka sampai membawa saya ke salah satu bengkel pengolahan kayu lokal yang ada di Kota Jambi. Dengan tujuan agar saya dapat mengenal lebih banyak tentang kondisi kayu yang ada di Sumatra khususnya di daerah Jambi.
Jika di Pulau Jawa punya kayu ‘jati’ yang menjadi andalannya dan pulau Kalimantan punya kayu ‘ulin’ dan ‘bengkirai’ sebagai andalannya, maka untuk Pulau Sumatra, khususnya di daerah Jambi ini memiliki kayu ‘bulian’ dan ‘tembesu’ sebagai kayu andalannya.
Sama seperti di daerah asalnya masing-masing masyarakat akan mengunggulkan kayu asli produk daerahnya, dan menganggap produk dari daerah lain tidak sebaik milik mereka. Saya rasa hal ini cukup wajar, karena kebanggaan akan daerah asalnya bagi orang Indonesia adalah cirinya.
Tetapi jika saya katakan secara jujur, bahwa tetap saja untuk kayu yang berasal dari hutan di luar pulau Jawa, akan memiliki kualitas yang lebih baik, hal ini seperti yang saya tahu bahwa kayu yang dihasilkan dari hutan di pulau Jawa sudah habis, dan yang sekarang ada adalah kayu muda yang baru saja di tanam. Sedangkan kayu dari luar pulau Jawa adalah kayu tua yang bahkan berusia ratusan tahun.
Bahkan saat saya berada di Kalimantan, saya baru mengetahui bahwa kayu ‘ulin’ adalah jenis kayu yang sangat kuat, bahkan untuk didaerah gambut yang basah, kayu ini mampu bertahan selama bertahun-tahun direndam dalam air, sebagai penyangga rumah, bahkan setelah bertahun-tahun itu kayu ulin ini tetap kuat dan masih belum menunjukkan tanda-tanda kerusakannya.
Setelah saya pulang kembali ke Jawa, jarang sekali saya melihat kayu berkualitas bagus. Baru setelah saya ke Sumatra kali ini, saya melihat kayu yang sangat bagus lagi, seperti yang dimiliki oleh pulau Kalimantan. Sepertinya jumlah penduduk juga akan berimbas pada meningkatnya kebutuhan masyarakat akan bahan bangunan seperti kayu hutan. Karena itu daerah yang masyarakatnya masih jarang, kebanyakan hutan mereka masih terjaga dengan baik.