Arti Nat pada Pemasangan Keramik

Jika ada yang belum tahu tentang nat. Nat adalah garis sambungan yang menghubungkan antara keramik-keramik lantai. Kebanyakan penutup lantai keramik saat ini berbentuk parsial (artinya berbentuk potongan kecil-kecil), biasanya keramik tersebut berukuran 10 x 10 cm, 20 x 20 cm, 30 x 30 cm, 40 x 40 cm, dan masih banyak ukuran yang lain. Karena itu, jika kita ingin menutup permukaan yang luas, maka keramik lantai tersebut akan disusun-susun sampai bisa menutupi seluruh permukaan lantai, dan untuk menutup sambungan antar keramik tersebut akan digunakanlah nat.

Ada cukup banyak bahan yang dapat digunakan sebagai nat, mungkin yang paling banyak adalah semen. Untuk semen yang dapat digunakan sebagai nat, bisa menggunakan semen putih ataupun semen abu-abu. Tetapi biasanya saya melihat tukang yang mengerjakan lantai, mereka tidak hanya menggunakan campuran semen saja, tetapi biasanya juga ditambah dengan lem. Dan untuk lem yang paling sering digunakan oleh tukang-tukang tersebut adalah lem rajawali.

Karena warna semen ada dua yaitu semen abu-abu dan semen putih, maka warna dari nat juga ada dua yaitu abu-abu kehitaman dan juga putih. Hal ini karena warna nat menyesuaikan dengan warna semen yang digunakan, dan meskipun kedua semen tersebut telah ditambah dengan lem, tetapi lem tersebut tidak akan merubah warna dasar semen yang digunakan.

Biasanya ketebalan dari nat untuk sambungan keramik akan disesuaikan dengan kemiringan-kemiringan keramik yang digunakan. Jadi intinya semakin lurus permukaan sisi-sisi keramik, maka ukuran garis nat bisa semakin tipis, tetapi jika keramik yang digunakan adalah berkualitas jelek, maka karena kemiringannya cukup bervariasi, biasanya nat yang digunakan menjadi lebih tebal.

Biasanya keramik yang memiliki tingkat presisi sangat tinggi untuk setiap unitnya, adalah keramik dengan kualitas 1 / grade A, atau yang lebih sering kita kenal dengan keramik KW 1. Tetapi jika sudah menggunakan keramik KW 2, maka biasanya permukaan sisi keramik sudah banyak yang miring dan tidak presisi lagi. Apalagi jika sampai menggunakan keramik KW 3, maka tingkat presisinya sudah sangat jauh berbeda, bahkan saya pernah menemukan keramik yang sampai berselisih 1 cm dalam satu kemasannya.

Jika perbedaanya sudah sedemikan besar, maka tidak ada cara lain selain mengakali natnya, sehingga saya pernah menggunakan nat dengan ketebalan beberapa cm dalam satu bidang lantai, karena memang kualitas keramik yang digunakan adalah keramik yang jelek.

Untuk bidang arsitektur, memang ada namanya sendiri untuk lebar nat yang digunakan, tetapi menurut saya semakin sempit nat yang aplikasikan maka lantai keramik akan terlihat semakin rapi dan demikian juga sebailiknya. Dan saya rasa untuk saat ini, bahwa penggunaan lebar nat bukan semata karena desainnya saja, tetapi lebih karena kualitas keramik yang digunakan.

Karena sebagus apapun desainnya, tetapi jika keramik yang digunakan adalah KW 3, maka pastinya akan menggunakan nat yang berukuran lebar, dan pastinya sulit untuk mengakali agar natnya dibuat tipis.

Tinggalkan Balasan