Perbedaan Besi Polos dan Besi Ulir

Biasanya untuk besi dari ukuran 1 mm sampai 12 mm, adalah besi yang permukaannya berbentuk polos atau tidak ada profil kerutan pada permukaannya, tetapi selain berbentuk polos ada juga tulangan besi yang permukaan luarnya membentuk kasar atau biasanya membentuk semacam bentuk alur tertentu.

Jika di tempat saya saat anda ingin membeli besi yang permukaannya kasar seperti ini, maka anda akan menyebutkannya sebagai besi ulir, meskipun sebenarnya bentuk profil besi tersebut tidak berbentuk ulir seperti pada baut, tetapi hal ini biasa dilakukan untuk memudahkan orang dalam penyebutannya.

Setahu saya besi ulir itu mulai dari ukuran 10 mm, sampai ke besi ukuran terbesar, dan ukuran besi terbesar saat ini yang saya tahu adalah besi 32 mm.

Untuk kode penulisan diameter besi yang polos akan menggunakan lambang Ø, jadi jika kita menulis Ø 6, maka artinya tulangan besi polos dengan diameter 6 mm. Tetapi jika kita menuliskan D 16, maka artinya besi tersebut adalah besi dengan diameter 16 mm dan profil permukaannya tidak rata / berbentuk ulir. Jadi penulisan huruf D (deform) adalah kode untuk besi yang permukaannya berprofil / besi ulir.

Kode penulisan di depan besi tersebut sebenarnya hanya untuk memudahkan orang dalam mengidentifikasi besi yang diinginkan atau besi yang akan digunakan. Jadi, semacam untuk menyamakan persepsi.  Karena untuk besi 10 dan 12, ada yang berbentuk polos dan ada juga yang berbentuk ulir, jadi memang perlu dibedakan dalam penulisannya.

Sebenarnya jika kita membeli besi tulangan dalam jumlah besar, misalkan beberapa ton, maka harga besi ini tidak dihitung berdasarkan jumlah perbatangnya, tetapi yang dihitung adalah jumlah kilogram besinya. Lalu saat akan di jual kembali ke konsumen, maka besi tersebut akan diecer dan dijual perbatang.

Bahkan untuk besi yang profilnya polos dan juga ulir, sebenarnya toko bangunan membelinya dengan harga perkilogram berat. Tetapi saat sampai di toko, maka akan dijual secara perbatang, bahkan di tempat saya, besi ulir dijual dengan harga yang lebih mahal dari pada besi polos, meskipun jika ditimbang beratnya sama.

Saya tidak terlalu paham alasan dari toko melakukan hal tersebut, tetapi setahu saya mereka membeli semua besi tersebut berdasarkan kilogram beratnya, dan bukan profilnya. Jadi, dulu saat saya masih ikut proyek, akan jauh lebih murah jika proyek membeli besinya langsung dari pabrik, bahkan untuk proyek yang ada di Bali, kami tetap mendatangkan besinya dari Krakatau Steel, karena dengan harga kilogram dari pabrik, maka kami bisa untung lebih banyak.

Tinggalkan Balasan