Kondisi Keuangan dari Pengembang Perumahan

Beberapa waktu ini saya sangat senang untuk jalan-jalan, dari kantor pemasaran perumahan yang satu, ke kantor perumahan yang lain. Tujuannya hanya untuk mengetahui teknik penjualan dari pengembang perumahan tersebut, dan saya juga ingin tahu berapa harga pasaran dari perumahan, yang ada di sekitar rumah saya.

Pada artikel ini saya ingin bercerita, tentang bagaimana cara pengembang dapat membangun perumahannya, hingga bisa sampai dijual ke tangan konsumen.

Pada saat itu saya mencoba untuk memasuki kantor pemasaran salah satu perumahan yang ada di sekitar rumah saya, pada saat saya memasuki kantor tersebut, petugas penjualan yang ada di sana menjelaskan dengan sangat meyakinkan bahwa perumahan tersebut seperti sangat profesional, dan segala sesuatunya sudah disiapkan dengan sangat baik, dan kita tinggal membayarnya saja, lalu semua masalah akan selesai.

Dan setelah selesai dengan promosi di kantor, lalu saya diajak untuk melihat contoh unit rumahnya. Memang saya melihat bahwa contoh unitnya cukup baik kualitasnya, atau mungkin karena dijadikan contoh maka rumah ini dibuat baik.

Mungkin yang tidak disadari oleh petugas marketing dari pihak pengembang, adalah percakan konsumen dengan tukang yang mengerjakan perumahan di situ. Karena setelah saya selesai melihat show unitnya, kemudian saya menyempatkan diri untuk berbincang-bincang, dengan salah satu tukang di sana.

Tukang itu mengatakan bahwa pengiriman bahan bangunan jumlahnya sangat sedikit, sehingga mereka kesulitan dalam bekerja. Dan saat saya mencocokkan data dari kantor tentang berapa jumlah orang yang sudah melunasi uang muka, lalu saat dihubungkan dengan jumlah unit perumahan yang sudah dibangun.

Maka dari pernyataan pekerja tersebut, saya sempat berfikir tentang kemungkinan uang muka yang telah dibayarkan oleh konsumen, maka uang tersebut yang digunakan oleh pengembang untuk membeli material dan juga membayar tukang.

Karena itu jika sampai harga rumah yang ditempati oleh orang tersebut, senilai dengan uang muka yang telah dia bayarkan, maka sudah dapat dipastikan, bahwa kualitas bangunan rumah tersebut tidak akan kokoh, mungkin hanya bagus penampilannya saja, tetapi kekuatannya sangat kurang.

Jika, melihat dari kondisi di lapangan, mungkin saya bisa menarik kesimpulan, bahwa pengembang sudah menghabiskan uangnya untuk membeli tanah, dan melakukan pembangunan dasar seperti jalan, listrik dan juga pemipaan air bersih / air kotor. Karena itu untuk membangun rumah yang ada di dalamnya dia menunggu pembayaran uang muka dari konsumen.

Tinggalkan Balasan