Sebenarnya proses pembuatan lubang biopori yang diajarkan oleh pemerintah memang sudah sederhana, karena intinya kita hanya perlu menyiapkan lubangnya, setelah itu lubang tersebut diisi dengan sampah organik. Jika ingin lubang lebih awet, maka mulut lubang bisa diperkuat dengan menggunakan pipa, tetapi jika tidak ada pipa, maka hal itu juga tidak apa-apa.
Sebelumnya saya agak ragu, dengan efektifitas dari lubang biopori, yang katanya dapat memperbesar resapan tanah terhadap air hujan. Karena itu saya ingin mencoba sendiri, apakah memang benar yang dikatakan tersebut, sehingga saya mencoba untuk membuat lubang biopori pada halaman rumah saya.
Biasanya pada saat hujan agak deras, maka jalan di depan rumah saya akan berubah menjadi saluran air, sehingga halaman rumah saya sering mendapat limpahan air tersebut, dan setelah hujan selesai genangan tersebut juga cukup lama surutnya.
Lubang biopori yang saya buat ini, cukup besar dari pada lubang yang disarankan, yaitu saya membuatnya dengan ukuran 50 X 50 cm, dengan kedalaman satu meter. Tujuan saya, selain sebagai lubang biopori, saya juga ingin agar lubang tersebut dapat menjadi tempat sampah organik dari dapur.
Selain itu dengan satu lubang yang besar, maka saya tidak perlu membuat banyak lubang kecil. Yang perlu saya lakukan, hanya memastikan bahwa aliran air tersebut, bisa masuk ke dalam lubang.
Dan selama musim hujan tahun ini, saya merasa bahwa aliran air hujan di jalan depan rumah, sudah tidak sebesar sebelumnya. Bahkan, genangan air di halaman juga sudah jarang terbentuk. Kalaupun sampai terbentuk genangan air, maka genangan tersebut akan segera surut.
Selain itu saya merasa bahwa sampah dapur yang mendapat aliran air hujan dalam jumlah banyak, dapat lebih cepat berubah menjadi kompos. Sehingga ini juga merupakan keuntungan saya berikutnya, yaitu dapat memanfaatkan kompos tersebut untuk memupuk tanaman.
Ternyata lubang yang dipenuhi dengan sampah organik, saya rasakan akan lebih cepat menyerap air hujan ke dalam tanah, bila dibandingkan dengan lubang kosong semata. Karena saya pernah mencoba membuat lubang kosong biasa, yang tidak diisi sampah organik, ternyata saat diisi air hujan, maka air di dalam lubang tersebut, bisa menggenang bahkan sampai meluap.
Mungkin saja lubang yang diisi sampah organik, akan kedatangan cacing dan berbagai serangga tanah lain, untuk memakan sampah tersebut, sehingga pori-pori tanah di sekitar lubang akan menjadi terbuka, sehingga bisa lebih baik dalam menyerap air.
Tetapi itu hanya perkiraan saya saja, karena selama saya membongkar sampah organik tersebut, saya tidak pernah menemukan cacing tanah ataupun serangga lainnya.