Batu Bata Merah “Rapuh dan Mudah Pecah”

Mungkin para pembaca pernah membaca tentang artikel saya yang lalu, tetang proses pembuatan bata merah yang ada di sekitar rumah saya. Pada waktu itu saya menjelaskan bahwa proses pembuatan batu bata saat ini, karena ingin menghemat biaya dan untuk meningkatkan pendapatan, maka banyak pengerajin batu bata yang mencampurkan kulit gabah padi (sekam). Tujuannya adalah untuk mengurangi waktu pembakaran batu bata, hal ini dilakuan karena jika waktu pembakarannya lebih singkat, maka akan ada banyak bahan bakar yang bisa dihemat, dengan menghemat bahan bakar artinya juga menghemat uang.

Hanya saja efek dari perbuatan mereka ini, membuat batu bata terlihat berwarna orange menyala yang lebih menarik, tetapi dengan kekuatan yang sangat jauh berkurang. Batu bata yang seperti ini jauh lebih rapuh, dan sangat mudah pecah, bahkan sangat mudah untuk hancur berkeping-keping.

Jika dilihat dengan lebih seksama, maka pada bagian dalam batu bata tersebut akan terbentuk rongga-rongga, yang pastinya akan membuat batu bata mudah patah dan mudah pecah. Rongga tersebut terbentuk karena adanya pembakaran dari dalam yang dilakukan oleh sekam padi. Dengan adanya pembakaran dari dalam batu bata, maka akan menyebabkan tekanan, tetapi karena tekanan dari dalam tersebut tidak bisa keluar, maka akhirnya akan membentuk rongga di dalam batu batanya.

Saya memang sudah menuliskan tentang hal ini semenjak beberapa bulan yang lalu. Tetapi baru kali ini, saya mengalami sendiri, menggunakan batu bata jenis ini.

Saat ini saya sedang mengerjakan, penambahan ruangan pada lantai dua sebuah bangunan, dan untuk bahan dindingnya saya menggunakan batu bata merah. Karena saya melihat bahwa hampir semua toko bangunan hanya menyediakan bata jenis ini, maka mau tidak mau saya harus mengambil bata ini.

Boleh saya bilang bahwa kondisi dari batu bata ini sungguh menyedihkan, karena sekitar setengah dari batu bata yang saya beli tersebut telah patah menjadi dua, bahkan ada beberapa buah batu bata yang kondisinya sudah hancur menjadi serpihan (untuk yang ini sudah tidak dapat digunakan lagi dan harus dibuang), kondisi ini terjadi pada saat masih berada di mobil pengangkutnya.

Pada saat mengerjakan pemasangan dinding, maka batu bata tersebut juga semakin banyak yang hancur, jadi bisa dibilang selama pengerjaan proyek kali ini, kerugian akibat dari rusaknya material batu bata cukup banyak. Saya rasa, meskipun tidak dilakukan uji coba di laboratorium, tetapi terlihat jelas bahwa kualitas dari dinding yang sedang saya kerjakan ini, kondisinya tidak terlalu kokoh.

9 komentar untuk “Batu Bata Merah “Rapuh dan Mudah Pecah””

  1. Terima kasis atas artikel batu merah rapuh. Saya mengalami dengan hasil produksi pembakaran yg menggunakan Menggunakan sekam padi. Hasilnya 50% Pecah terbagi dua dan rapuh. Semulah saya ragu yg disebabkan oleh sekam. Dengan membaca artikel diatas saya sangat yakin dan apa yg saya ragukan kini sdh terjawab. Mr. D

    1. Selama ini saya sudah mencoba beberapa jenis batu bata, ternyata batu bata yang hanya menggunakan tanah saja tanpa campuran apapun itu yang kualitasnya paling bagus.

      Apalagi jika menggunakan jenis tanah yang bagus, maka batu batanya juga akan menjadi bagus.

  2. bata pres mesin sangat sensitif sekali
    awal.produksi hasil memuaskan saat pengeringan posisi tengah bata rata rata retak rambut begitu saat di bakar.bisa pecah menjdi dua . apa ya penyebab retak di tenga ?

    1. Biasanya tanah yang digunakan sebagai bahan baku batu bata masih kotor dan banyak kerikilnya. Kemungkinan besar kerikil ini yang menyebabkan retak dan pecah. Lalu jenis tanah yang digunakan juga bisa berpengaruh, misalnya jika kondisi tanahnya kurang liat, maka akan sangat mudah untuk patah dan pecah.

  3. Q beli bata grobogan purwodadi 10 ribu bata baru beli antara 2 bulan batanya banyak yg patah dan mriwik pd setiap batanya dan sia sia q beli bata jauh2 hanya dgn harga murah tp kualitas jelek padahal dr produsen bata merah bilangnya bagus dn anti mriwik eh ternyata dn ternyata. .. …Mungkin buat pengalaman aja beli bata online

    1. Dari pengalaman saya bahwa bahan bangunan yang ditunggu di tempat penjualannya saja, kadang masih bisa diganti dengan yang lebih jelek, apalagi jika tidak ditunggu bisa ditipu lebih banyak lagi.

Tinggalkan Balasan