Penggunaan bambu sebagai reng, memang masih sangat banyak ditemui di daerah sekitar tempat tinggal saya, hal ini karena tanaman bambu milik pribadi masih sangat banyak jumlahnya, dan secara otomatis warga di sini banyak berfikir, bahwa dari pada harus membeli bahan bangunan lain yang harganya mahal, maka lebih baik jika bisa menggunakan bahan bangunan yang murah milik pribadi.
Setahu saya kebanyakan kondisi tanaman bambu yang ada di daerah sekitar sini, masih banyak yang berusia tua, sehingga memang secara kualitas lebih bagus. Berbeda dengan bambu yang dijual di pasar, banyak yang masih muda, sehingga bambu tersebut sangat tipis, yang pasti kualitasnya juga jelek.
Selain itu, biasanya setelah ditebang bambu tidak akan segera dibentuk menjadi reng, ataupun usuk. Tetapi bambu tersebut akan direndam dulu di dalam kubangan air setidaknya selama sebulan, bahkan masih ada juga orang yang merendam bambu miliknya sampai setahun. Untuk warga yang rumahnya di dekat sungai, biasanya bambu-bambu tersebut, ada juga yang direndam di dalam sungai.
Dan setelah waktu perendaman bambu tersebut selesai, maka bambu siap untuk dibentuk menjadi reng ataupun usuk / kasau. Tetapi sebelum bambu di pasang pada atap, maka biasanya bambu akan dilumuri dulu dengan minyak tanah, tetapi karena harga minyak tanah yang mahal, maka sekarang orang lebih suka untuk menggunakan bensin ataupun solar untuk melapisi bambu-bambu yang telah dibentuk tersebut.
Untuk bensin yang saya maksudkan di sini, bisa saja berupa premium ataupun pertalite. Tetapi pastinya tidak akan ada orang yang mau menggunakan pertamax apalagi pertamax plus, dikarenakan harganya yang mahal.
Tujuan dari pemberian minyak tanah, bensin, ataupun solar, yaitu untuk mencegah dan menghalangi rayap agar jangan sampai mendekat, apalagi sampai memakan bambu-bambu tersebut, sehingga diharapkan dengan pemberian BBM ini, maka reng dan juga usuk dari bambu ini, akan bertahan lama.
Sebenarnya jika ingin kerangka atap dari bambu ini lebih awet lagi, maka di dalam rumah sebaiknya memasak dengan menggunakan kayu bakar. Hal ini karena arang yang terbentuk dari asap sisa pembakaran kayu, akan membuat lapisan pada kayu dan bambu kerangka atap. Sehingga karena lapisan tersebut, maka rayap tidak akan pernah mau untuk memakannya.
Tetapi jika rumah tersebut tidak menggunakan kayu bakar dalam memasak, maka biasanya setiap beberapa tahun sekali, kerangka atap tersebut akan dilapisi kembali dengan menggunakan oli bekas. Tujuannya sama yaitu agar tidak dimakan rayap, sehingga konstruksi atap bisa lebih awet.